Kohesivitas Masyarakat

Didalam materi sosial influence banyak sekali teori-teori yang berbicara tentang bagaimana masyarakat dapat terpengaruh oleh sekelilingnya. Namun saya akan membahas mengenai satu teori saja yaitu kohesivitas masyarakat. Ketika mendengar kata kohesi, yang ada dalam pikiran saya adalah materi pelajaran fisika di SMP, namun ternyata saya baru mengetahui bahwa didalam masyarakat juga terdapat kohesifivas. Tapi apa sih kohesivitas masyarakat itu? Collins dan Raven (1964), menjelaskan bahwa kohesivitas itu merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Atau kata singkatnya adalah membuat anggota nyaman dan merasa terikat sehingga anggota malas untuk meninggalkan atau mencari kelompok baru. Oleh karena itu Kohesivitas ini dalam suatu kelompok sangat diperlukan sekali, suatu kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi akan memberikan umur yang panjang di dalam kelompok tersebut. Namun apa sih yang membuat sebuah kelompok memiliki kohesivitas yang tinggi? Kohesivitas dibentuk oleh beberapa hal ini :

Yang pertama adalah sense of belonging (rasa kepemilikan) Menurut Owen, W. F. (1985) menjelaskan bahwa “rasa kepemilikan” dapat membentuk kohesivitas individu dalam suatu kelompok. “rasa kepemilikan” ini membuat individu menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok, dan kelompok merupakan bagian dari individu. Dengan begitu kohesivitas dalam kelompok dapat terbentuk. 

Yang kedua adalah Team work (kerja sama) Guzzo, R. A. (1995) lebih lanjut menerangkan bahwa adanya kerjasama (teamwork) dapat menimbulkan kohesivitas antar anggota kelompok, Individu yang bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka bersama demi tercapainya tujuan kolektif kelompok. Hal ini membuat individu dalam suatu kelompok memiliki tanggung jawab yang sama besarnya akan hasil yang dicapai.

Yang ketiga adalah Attraction (atraksi) Menurut Lott dan Lott (1965), kohesi kelompok muncul ketikatiap anggota dalam suatu kelompok,memiliki perasaan positif (atraksi positif) terhadap anggota lainya dalam kelompok. Sedangkan menurut Festinger et all (1950) juga menjelaskan bahwa individu yang memiliki atraksi positif terhadap rekan sekelompoknya, cenderung memiliki kohesivitas yang tinggi.

Yang keempat adalah status Milgram (1974) dalam penelitiannya menerangkan bahwa individu yang memiliki lower statues cenderung patuh terhadap perintah yang diberikan daripada individu yang memiliki higher statues. Oleh sebab itu individu dengan higher statues cenderung memiliki dampak yang lebih besar sehingga sangat mudah bagi individu dengan higher statues untuk menciptakan kohesivitas dalam kelompok.

Lalu yang menjadi pertanyaan saya berikutnya adalah, apa sih dampak yang terjadi jika suatu kelompok memiliki kohesivitas yang tinggi? Kohesivitas dalam kelompok memiliki dampak positif dan negatif. Dampak yang pertama adalah anggota dari kelompok yang memiliki kohesi memiliki kecenderungan untuk berkomunikasi lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki kohesi. Sebagai hasilnya, anggota kelompok yang memiliki kohesi seringkali merasa puas, memiliki kecemasan dan ketegangan yang rendah. (Shaw & Shaw, 1962).

Dampak buruknya yang pernah saya lihat di lingkungan sekitar saya adalah misal seperti Bonek, sebuah kelompok suporter yang memiliki tingkat kohesivitas yang tinggi di dalamnya. Namun karna kohesi itu sering kali membuat para suporter bonek ingin melindungi sesamanya, ketika salah satu anggotanya di lukai oleh suporter yang lain, maka akan terjadi sebuah perkelahian, dan jika suporter lain itu juga memiliki tingkat kohesivitas yang tinggi juga maka tawuran pun akan terjadi antara dua kelompok itu.

NB: Jika ingin saya mencantumkan referensi silahkan comment, atau hubungi contak person :)


I BUILT MY SITE FOR FREE USING